5 Startup Kecerdasan Buatan di Indonesia

Bisnis269 Dilihat


Para penikmat film Marvel pasti tahu bahwa Iron Man memiliki asisten berupa artificial intelligence (kecerdasan buatan) bernama Jarvis yang membantu Tony Stark menjalankan tugas sebagai pahlawan super. Sebenarnya kecerdasan buatan sejenis Jarvis ini bukan lagi fiksi semata!

Bahkan, di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan rintisan (startup) yang fokus memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan buatan demi kepentingan publik. Siapa saja mereka? Yuk kenalan!

1.Snapcart

kecerdesanbuatan1
Sumber: webhouzzdotcom

Apa yang biasa kalian lakukan dengan struk belanjaan? Disimpan di dompet? Atau dibuang ke tempat sampah? Kertas-kertas tersebut sebenarnya bisa menghasilkan uang loh. Sejak tahun 2015, telah lahir aplikasi mobile yang bersedia membayar jika kalian mau mengirim struk belanjaan. Namanya Snapcart.

Bila pengguna berkenan memotret dan mengunggah struk belanjaan, Snapcart akan memberikan cashback. Cashback tersebut berperan sebagai imbalan atas kontribusi pengguna mengunggah foto struk belanjaan. Buat apa sih foto struk belanjaan kita itu?

Dengan memeriksa barang-barang yang pengguna beli, kecerdasan buatan milik Snapcart dapat mengumpulkan data penjualan barang: jumlah barang terjual, kapan barang itu dibeli, dan di mana transaksi terjadi. Nantinya, data tersebut akan dimanfaatkan oleh mitra Snapcart untuk memahami konsumen dan kebiasaan belanja mereka secara real time. Hingga kini, Snapcart tercatat sudah memasok data ke 75 perusahaan, di antaranya Johnson & Johnson, Unilever, P&G, dan Nestle. Snapcart saat ini beroperasi di Indonesia, Filipina, Singapura, dan Brasil.

Inspirasi pembuatan Snapcart datang dari pengalaman sang founder & CEO, Reynazran Royono. Saat masih memimpin tim riset pasar P&G, ia kesulitan menghimpun data kebiasaan konsumen secara cepat karena memakai metode manual seperti survei dari pintu ke pintu. Ketika terkumpul, data tersebut biasanya tidak terpakai. Data itu sudah kadaluarsa karena proses yang terlalu lama.

Baca Juga  Branding vs Marketing, Apa Bedanya?

2.Kata.ai

kecerdasanbuatan2
Sumber: jktskyblog.com

Kata.ai merupakan startup penyedia kecerdasan buatan berupa robot percakapan (chatbot) berbahasa Indonesia yang dipakai oleh beberapa perusahaan lokal. Sebut saja Jemma untuk Unilever, Veronika untuk Telkomsel, Rinna untuk Microsoft Indonesia, Sabrina untuk BRI, dan Shalma untuk Alfamart. Hingga tahun 2018 lalu, sudah tercatat ada 20 klien yang menggunakan Kata.ai sebagai penyedia chatbot.

Performa chatbot buatan Kata.ai memang mumpuni. Misalnya Jemma, chatbot untuk virtual consumer engagement Unilever yang beroperasi di Line. Belum setahun beroperasi, Jemma sudah memiliki 1,5 juta teman di aplikasi pesan itu dengan 50 juta pesan masuk dalam 17 juta sesi percakapan. Beberapa orang bahkan sampai mencoba berbagi cerita tentang cita-cita dan masalah hidup mereka dengan Jemma loh!

Lalu ada Veronika, chatbot yang punya program melayani pertanyaan dan keluhan para pelanggan Telkomsel melalui Line, Telegram, dan Facebook Messenger. Setelah Veronika mulai bekerja, ditemukan fakta bahwa 96% pertanyaan pelanggan ternyata dapat ditangani oleh chatbot dengan interaksi antarmanusia yang minim.

Co-founder dan CEO Kata.ai, Irzan Raditya, awalnya adalah pria di balik startup lain bernama YesBoss. Hadir menawarkan produk berupa layanan asisten virtual, YesBoss sempat laris di kalangan masyarakat Jakarta yang begitu sibuk. Tetapi per 31 Oktober 2016, YesBoss resmi berhenti sebab Irzan tengah menyiapkan proyek baru yang kini berwujud Kata.ai.

3. BJtech

kecerdasanbuatan3
Sumber: Imglogy.com 

BJtech adalah startup ketiga dalam daftar ini yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk chatbot berbahasa Indonesia. Jika pernah memakai layanan asisten virtual Bang Joni di Telegram, Facebook Messenger, atau Line, maka kalian tak asing dengan BJTech. Mereka juga yang membesut Cinta: Personal Intelligent Banking untuk melayani nasabah BNI melalui Facebook Messenger maupun Twitter. Terobosan terbaik BJtech sejauh ini, adalah membuka aksesnya untuk publik. Mulai tahun 2017, BJtech menawarkan solusi bagi pengguna yang ingin menciptakan chatbot sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Dengan begitu, BJtech menunjukkan bahwa chatbot bisa diciptakan semua orang Indonesia dari berbagai kalangan tanpa perlu memiliki keahlian pemrograman apa pun. Menurut CEO BJtech, Diatce G. Harahap, pelaku bisnis dapat menggunakan chatbot untuk pemasaran dan pemesanan produk, asisten pribadi, sampai diintegrasikan ke dalam sistem internal perusahaan. Sementara itu pengguna nonbisnis atau individu bisa belajar mengembangkan chatbot sendiri untuk aktivitas percakapan sehari-hari maupun hiburan seperti kuis atau permainan.

Di era internet seperti sekarang ini, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter sebagai tempat pemasaran atau promosi. Sayangnya, terkadang mereka susah mengetahui bagaimana sentimen publik terhadap produk mereka dari seluruh kanal tersebut. Sonar hadir demi mengatasi persoalan tersebut.

4. Sonar

kecerdasanbuatan4
Sumber: slideshare.net

Sonar memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memantau perkembangan suatu topik yang tengah marak beredar dan dibicarakan di internet. Dengan Sonar, kita dapat memonitor topik-topik tertentu di media sosial, lima forum online besar, blog berbasis Blogspot dan WordPress, serta lebih dari 80 media massa dalam jaringan.

Menurut founder dan CEO Sonar, Amien Krisna, platform buatannya membantu perusahaan-perusahaan bisa dengan mudah menemukan persepsi internet terhadap mereka, melakukan riset pasar langsung, dan menemukan tren hangat dalam masing-masing industri. Keren kan? Tak heran bila sejak meluncur pada tahun 2014, Sonar punya klien seperti Heineken, Goodyear, XL Axiata, Pertamina, Bank Indonesia, sampai Air Asia.

5. Nodeflux

kecerdasanbuatan5
Sumber: 88m.us

Entah ada berapa jumlah film yang memiliki adegan di mana sang jagoan atau penjahat mengakses kamera pengawas untuk mengenali wajah targetnya. Tapi tahukah kalian bahwa teknologi face recognition (pengenalan wajah) seperti di film-film itu sudah ada di Indonesia? Satu-satunya startup Indonesia yang bergerak di bidang tersebut adalah Nodeflux.

Selain pengenalan wajah, Nodeflux turut menciptakan kecerdasan buatan untuk license plate recognition (pengenalan plat kendaraan) dan vehicle counting (penghitung kendaraan). Kemampuan Nodeflux ini berbasis deep learning dan computer vision yang memang belum banyak di Indonesia. Nodeflux bahkan mengklaim diri sebagai pelopor pengembang kecerdasan buatan untuk teknologi video loh.

Usai dirintis pada tahun 2016, Nodeflux telah beberapa kali berkontribusi menyukseskan gelaran penting berskala internasional di Indonesia. Misalnya Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang dan IMF-World Bank Group Annual Meeting 2018 di Bali. Nodeflux membantu pihak kepolisian menjaga keamanan dengan license plate recognition untuk mendeteksi plat kendaraan yang keluar-masuk acara. Begitu pula dengan fitur face recognition yang terhubung dengan 155 juta data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.


Begitulah. Sadar atau tidak, kecerdasan buatan itu sudah hadir dalam berbagai bentuk di tengah-tengah kita. Jadi sebenarnya masa depan yang sering kita bayangkan pada masa lalu itu adalah masa sekarang.




Bisnis