Model Bisnis D2C, Apa Keunggulan dan Kelemahannya?

Bisnis2055 Dilihat


Model bisnis D2C tampaknya ada di mana-mana saat ini. Perusahaan yang mengadopsi model ini termasuk Disney, Nike, dan PepsiCo. Startup dan usaha kecil juga mulai memanfaatkan D2C dengan berbagai cara. Bisakah D2C memperkuat bisnis kita? Yuk, cari tahu kelebihan dan kekurangannya di sini.

Apa itu D2C?

D2C adalah model bisnis yang berpusat pada konsumen, sehingga perusahaan memiliki hubungan langsung dengan konsumen. Perusahaan terlibat dalam semua proses, termasuk produksi. pemasaran, penjualan dan distribusi.

Dengan menerapkan strategi D2C, perusahaan dapat mengadopsi pola pikir yang lebih kewirausahaan dan lebih terlibat dalam proses bisnis mereka. Jadi, mulai dari ide, desain, pengembangan produk atau layanan hingga peluncuran produk, perusahaan terlibat. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memotong biaya dan beroperasi lebih fleksibel.

keuntungan D2C

Sumber gambar: saffronedge.com

Tentunya ada alasan mengapa model bisnis D2C banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut adalah beberapa manfaat dari D2C:

1. Akses langsung ke data konsumen

Model bisnis D2C bisa lebih dekat dengan konsumennya. Sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan membuat komunitas lebih baik. Konsumen bisa meninggalkan kritik dan saran, sehingga brand tahu betul apa yang dibutuhkan pasar sasarannya.

2. Inovasi terjadi lebih sering dan lebih cepat

Perusahaan yang masih menggunakan strategi B2C tradisional cenderung memiliki keterbatasan dalam menciptakan hal baru dan berinovasi. Berbeda dengan bisnis D2C yang memiliki kebebasan lebih untuk berinovasi dan meluncurkan produk. Hal ini dikarenakan D2C dapat mengeluarkan produk dalam skala yang lebih kecil dan mendapatkan respon dari konsumennya.

Proses pengujian produk ini dapat diulangi sebanyak yang dibutuhkan merek untuk memastikan hasil akhirnya sempurna. Dengan menggunakan data konsumen, D2C dapat lebih memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen saat ini.

3. Meningkatkan loyalitas konsumen

Perusahaan yang menerapkan strategi D2C memiliki kendali penuh atas segala sesuatu yang berkaitan dengan branding, promosi, komunikasi dengan konsumen dan menciptakan nilai merek. Bisnis DC bebas membuat konten berkualitas dan terhubung dengan audiens mereka di berbagai platform.

Anda tidak perlu lagi khawatir tentang pihak ketiga yang salah mengelola merek dan citra perusahaan Anda. Ini juga memungkinkan perusahaan untuk lebih dekat dengan konsumen dan dengan demikian meningkatkan loyalitas konsumen. Apalagi saat ini, ketika layanan perusahaan penting bagi konsumen.

Kelemahan D2C

Sumber gambar: amazonaws.com

Tentu saja, ada kerugian dari strategi D2C yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang memilih strategi ini. Antara lain:

1. Meningkatkan persaingan

Saat ini, setidaknya selama dekade terakhir, banyak perusahaan sudah mulai menggunakan strategi bisnis D2C. Artinya kita akan bersaing dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Artinya, setiap perusahaan harus mencari cara untuk menarik lebih banyak konsumen dan memenangkan persaingan.

2. Peningkatan tanggung jawab

Mengerjakan setiap proses secara lebih mandiri berarti berjalan seiring dengan peningkatan tanggung jawab. Apalagi perusahaan berhubungan langsung dengan konsumen, sehingga mereka sendirilah yang bertanggung jawab untuk memuaskan keinginan konsumen.

3. Rantai teknologi yang kompleks

Memiliki kendali penuh atas setiap proses bisnis memiliki banyak manfaat, tetapi operasi sehari-hari menjadi lebih kompleks. Anda harus mengurus setiap aspek kecil, mulai dari pengiriman pesanan, pengiriman, transportasi, pembayaran, pengembalian barang, dan layanan pelanggan.




Bisnis

Baca Juga  Inhouse atau Outsource dalam Digital Marketing? Ini Dia Pro & Kontranya