Larangan Thrifting, Bagaimana Nasib Penjual Produk Secondhand?

Bisnis1002 Dilihat


Pasar Senen yang terletak di bagian tengah Jakarta ini sudah puluhan tahun dikenal sebagai tempat beli baju vintage alias barang bekas. Bahkan di kalangan anak muda, Pasar Senen kerap menjadi destinasi belanja yang asik dari tahun ke tahun, terutama bagi mereka yang suka tampil beda. Lalu bagaimana keadaan Pasar Senen setelah pemerintah memberlakukan larangan barang bekas?

Bersandar bisnis di pasar lokal

Tak hanya Pasar Senen yang dikenal sebagai tempat para pedagang hemat. Cuma di Jakarta ada satu lagi yang populer, yaitu di Pasar Atom, Passer Baroy. Nyatanya, setelah pelarangan tabungan, pasar tetap beroperasi seperti biasa dan tetap ramai. Setiap hari selalu saja ada pembeli yang datang.

Menurut para pedagang di Pasar Senen, memang ada larangan penjualan baju bekas. Hanya saja, larangan itu datang dari pemerintah daerah, bukan dari pemerintah pusat seperti sekarang. Tapi, menurut dia, pasar barang bekas selalu ada. Jadi pedagang pakaian hemat yang sudah berdagang bertahun-tahun biasanya tidak terlalu khawatir.

bisnis online hemat

Sumber gambar: pulsarplatform.com

Seperti yang kita ketahui, bisnis tabungan juga banyak dilakukan di dunia maya. Ada yang berjualan melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, banyak juga yang berjualan melalui e-commerce. Lantas, setelah larangan menabung, jumlah penjual baju bekas berkurang?

Menurut penggiat online ini, awalnya banyak trader yang sengaja menonaktifkan akun tradingnya. Tujuannya adalah agar akun tersebut tidak diblokir, karena berbagai pemain e-niaga mengatakan akan mengambil tindakan terhadap akun pedagang yang secara terbuka mempromosikan tabungan.

Sama halnya dengan pedagang di Pasar Senen, menurut pelaku hemat online. Second hand ada penggemarnya, jadi pasti ada yang mencarinya. Pedagang mengakui bahwa ada penurunan pendapatan pada awal larangan penghematan, tetapi seiring berjalannya waktu, pembeli mulai mencari lagi. Pedagang mengakui bahwa ada beberapa cara menjual yang harus mereka terapkan sekarang.

Pertama, mereka tidak lagi menggunakan tagar yang mempromosikan barang bekas atau tabungan. Ini berlaku untuk e-commerce serta TikTok dan Instagram. Selain itu, beberapa pedagang juga memutuskan untuk beristirahat hingga situasi mereda.

Solusi untuk Pedagang Hemat

Larangan Hemat

Sumber gambar: commonsensewithmoney.com

Hanya Pasar Senen yang memiliki begitu banyak toko konsinyasi. Jika dilarang, banyak orang akan kehilangan sumber pendapatannya. Maka harus ada keputusan yang baik dari pemerintah. Tujuan awal pelarangan barang bekas adalah dapat mengganggu UMKM lokal, khususnya yang bergerak di bidang fashion. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan solusi yang memfasilitasi UMKM.

Salah satunya adalah kemudahan mendapatkan izin dan biaya yang lebih terjangkau untuk memulai usaha sendiri. Jadi, pengusaha hemat tidak mengesampingkan kemungkinan beralih ke UMKM. Keinginan untuk memiliki bisnis sendiri akan semakin tinggi. Tentunya akan lebih baik jika semakin banyak orang yang kreatif dan berani memiliki usaha sendiri.

Nah, jika hal itu sudah dilakukan, maka pemerintah bisa terus mengenakan harga impor dan pajak yang tinggi untuk pakaian bekas atau barang bekas lainnya. Jika hal ini diterapkan, tentunya harga barang bekas tidak akan semurah sekarang. Jika harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pakaian bekas, tentunya sebagian besar orang akan berpikir dua kali. Harus ada solusi yang baik dan tidak merugikan masyarakat jika larangan ini diterapkan.




Bisnis

Baca Juga  5 Larangan dalam Upselling Produk Supaya Sukses Menaikkan Penjualan